Beritaangin.com – Kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama terus bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Pada persidangan ke 17 yang digelar Selasa (4/4), mengagendakan pemeriksaan terdakwa serta barang bukti.
Seperti persidangan-persidangan sebelumnya, ragam upaya dilakukan kuasa hukum Ahok, sapaan Basuki, untuk meyakinkan hakim jika kliennya tak berniat menistakan agama. Salah satu cara yang dilakukan, dengan memutar macam-macam video, mulai dari pidato Ahok saat singgung Surat Al Maidah ayat 51, hingga rekaman saat KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur berkampanye untuknya di Belitung Timur beberapa waktu lalu.
“Kemudian juga mudah-mudahan bisa diputar video yang diunggah Buni Yani. Karena, dalam tanggapan JPU terhadap eksepsi terdakwa atau penasihat hukum diakui bahwa akibat unggahan video Buni Yani itulah dinamika keributan itu. Jadi itu, video yang diharap diputar adalah tiga itu,” kata Ketua tim penasihat hukum terdakwa kasus dugaan penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama, Trimoelja D Soerjadi.
Usulan kubu Ahok disetujui majelis hakim. Di awal sidang, video yang pertama kali diputar saat Ahok pidato di Kepulauan Seribu berdurasi 30 detik. Selanjutnya, video Ahok versi unggahan Buni Yani. Terakhir, video Gus Dur saat berkampanye untuk Ahok di Pilgub Bangka Belitung beberapa waktu lalu.
Kubu Ahok menilai video penting untuk disampaikan kepada Majelis Hakim agar memberikan pandangan terkait surat Al Maidah ayat 51. “Untuk memberikan satu gambaran, cara pandang apakah betul makna surat Al Maidah seperti dimaknai dengan tuduhan jaksa itu lho. Apakah dibolehkan memilih pemimpin yang tidak seiman. Itu memberikan satu gambaran saja saya kira,” ditambahkan Sirra Prayuna, kuasa hukum Ahok lainnya.
Permohonan kuasa hukum Ahok untuk memutarkan video Gus Dur disetujui hakim Ketua Majelis Hakim, Dwiarso Budi Sutiarto. Video itu diputar selama beberapa detik.
“Saya bilang, kafir itu bukan orang Kristen dan orang Yahudi. Kenapa? Yang dinamakan kafir di dalam Alquran adalah orang-orang yang enggak bertuhan. Belum bisa baca Alquran sudah ngomongin Alquran. Lah iya karena itu semuanya nyoblos Ahok. Kalau omongan orang tolol gak usah didengarkan, betul?” kata Gus Dur dalam video yang diputar di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (4/4).
Dalam video itu, Presiden keempat RI ini juga menyampaikan, surat Al-Maidah ayat 51 ini tidak pernah ada urusannya dengan Pilgub Bangka Belitung. Menurutnya, permasalahan agama dan pemerintahan atau politik tidak bisa dicampuradukkan.
“Saya bilang, ayat ini tidak ada urusannya dengan Gubernur. Kenapa? Kalau orang Kristen dan Yahudi tidak rela dengan kita, kita juga enggak rela dengan siapapun. Apa anda mau salat di belakang orang Yahudi? Ya enggak mau. Tapi kalau pemerintahan, tidak apa-apa,” tegas Gus Dur.
Dia mengingatkan, dalam menggunakan ayat suci Alquran harus tahu tempat dan waktunya, tidak bisa sembarangan asal kutip. Oleh karena itu, Gus Dur meminta untuk tidak takut memilih pemimpin berbeda keyakinan, selama orang itu pandai dan jujur.
“Basuki Ahok sudah membuktikan diri menjadi Bupati yang baik di Belitung Timur. Hidup Ahok! Bisa gak sekarang orang berobat gak bayar? Bayar Rp 5.000 untuk semua penyakit. Kenapa itu bisa? Karena jujur, dia gak ikut makan. Yang lain malah pengobatan ditilep. Enggak usah takut-takut, saya datang dari Jakarta demi kebenaran. Kalau politik gak ada hubungannya dengan agama,” kata Gus Dur di video itu.
Usai video diputar, Ahok memberikan pendapatnya soal sosok Gus Dur. Ahok mengaku bersyukur karena Indonesia memiliki sosok Gus Dur yang berjasa besar menjaga persatuan dan kebhinekaan di Indonesia.
“Pertama-tama mau mengucapkan syukur karena di Indonesia ada seorang Gus Dur. Saya kira sulit mempertahankan persatuan kesatuan Indonesia,” kata Ahok.
Dia mengungkapkan, upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia kerap mendapatkan cobaan. Terutama dari sebagian elite politik yang menggunakan isu suku, ras, agama dan antar golongan untuk menang.
“Banyak oknum elite karena korupsi lalu menggunakan SARA untuk menghalangi pemimpin jujur memimpin rakyat menuju kesejahteraan,” tutup Ahok.