Setelah mencecar pertanyaan-pertanyaan terkait dengan dakwaan penodaan agama, hakim juga bertanya soal sikap keseharian Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Beritaangin – Setelah mencecar pertanyaan-pertanyaan terkait dengan dakwaan penodaan agama, hakim juga bertanya soal sikap keseharian Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Dalam sidang, Ahok mengaku sadar kerap melontarkan kata-kata kasar yang kini sedang diperbaiki.

“Anda sadar Anda kasar?” tanya hakim ketua Dwiarso Budi Santiarto saat memeriksa Ahok sebagai terdakwa dalam sidang lanjutan di auditorium Kementan, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (4/4/2017).

“Ya saya sadar dan saya sudah perbaiki sekarang,” jawab Ahok.

Hakim lantas bertanya soal perkataan bernada keras yang dilontarkan Ahok di Balai Kota. “Apa sejak menjabat atau sudah dari dulu?” sambung Dwiarso.

“Ini (untuk) yang ngeyel saja, kalau diikutin secara video awalnya saya tanya baik-baik. Biasanya orang-orang selalu berpikir ini banyak wartawan, jadi dia sudah rekayasa manfaatin saya. Saya suka berpikir apa yang ada pikirannya saya balikin supaya dia kapok,” imbuhnya.

Namun Ahok mengaku sudah berusaha memperbaiki diri. Perubahan tutur kata, menurutnya, juga dilakukan dengan saran tokoh.

“Sekarang saya lebih pintar, diajarin Pak Habibie, kalau mau marah-marah ya sudah senyum saja. Katanya itu ajaran dari Pak Harto,” terang Ahok.

Ahok dalam pemeriksaan terdakwa menegaskan tidak bermaksud menistakan agama dalam pidato di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Ahok mengaku hanya bicara program yang menguntungkan nelayan.

“Yang di Pulau Seribu kan cerita yang menyemangati para nelayan, saya tidak ada maksud menistai agama. Bagaimana saya menyesali program yang saya bawa untuk mensejahterakan rakyat di Kepulauan Seribu. Kenapa saya harus menyesal,” ujar Ahok.

Beritaangin – Ahok menyebut Surat Al-Maidah 51 kerap digunakan sejumlah elite politik terkait dengan pilkada. Hal ini, menurut Ahok, dialaminya saat maju dalam Pilkada Bangka Belitung pada 2007.

“Istilahnya kita sebut orang itu karena kita nggak tahu siapa, tapi pasti elite politik. Karena surat (Al-Maidah 51) ini nggak pernah keluar kalau nggak ada pilkada,” katanya.

Kejadian di Belitung yang dimaksud Ahok adalah adanya seorang ibu yang pernah blak-blakan tidak akan memilih dia. Ingatan ini muncul karena paparan Ahok soal program budidaya ikan di Kepulauan Seribu tidak direspons oleh seorang warga.

“Di Belitung itu kan kecil, jadi rata-rata kita kenal semua, ‘Mohon maaf ya Hok, Ibu nggak milih kamu karena Ibu takut murtad, jadi Ibu nggak pilih kamu’. Waktu di Pulau Pramuka ingat ibu yang di Belitung itu. Saya pikir, dia mau ngomong, ‘Maaf, kami nggak ambil program kamu, nanti kami harus milih kamu’,” tutur Ahok.

Karena itu, saat bertemu dengan warga di Kepulauan Seribu, Ahok hanya ingin menegaskan program budidaya ikan adalah program tetap yang terus berjalan dan tidak terkait dengan masa jabatannya sebagai gubernur.

“Ini pengalaman saya dengan seorang ibu, mohon maaf tidak pilih saya. Tidak ada hubungannya pilkada. Di Pulau Seribu itu nggak ada (cerita) yang saya dicurangi, nggak ada saya cerita kalah. Ini hanya ibu-ibu yang tulus, satu pihak takut murtad, tapi mau ambil program saya, tapi takut kalau ambil harus pilih. Jadi nggak ada masalah pilkada di situ. Yang saya ceritakan bukan pilkada Yang Mulia. Itu tentang ibu itu Yang Mulia,” terang Ahok.

Tinggalkan Balasan

PREDIKSIGERHANA.BIZ|Prediksi Togel AKURAT|ANGKA JITU|MASTER JITU|SYAIR LENGKAP|LIVEGAMES IDNPLAY| Info Judi Online Frontier Theme