beritaangin.com – ‘Pertempuran’ pejuang di Surabaya dengan tentara Inggris terjadi menjelang upacara penurunan bendera di Gedung Negara Grahadi. Kamis (17/8/2017) sore, api dan asap menghiasi halaman gedung negara Grahadi. Suasana ‘mencekam’ karena Kota Surabaya kedatangan pasukan sekutu dari tentara Inggris.
Bangsa Indonesia sudah merdeka, tapi sekutu memaksa warga Surabaya untuk menyerahkan senjatanya ke tentara Inggris. Para pejuang dan warga di Surabaya pun tidak terima dan menolak permintaan sekutu. Yang ada di benak masyarakat dan pejuang di Surabaya adalah Merdeka ataoe Mati.
Rakyat Surabaya dan Indonesia tidak ingin kemerdekaannya atas pemberian dari penjajah, tapi karena perjuangan dan rela berkorban harta sampai nyawa pun. Pertempuran pada 10 November dan dikenang sebagai Hari Pahlawan pun terpecahkan. Suara senapan dan desing peluru serta dentuman-dentuman ‘bom’ menggema.
Korban pun berjatuhan dari para pejuang dan rakyat Surabaya. Tapi juga dari kubu tentara Inggris. Tentara Inggris sadar bahwa pertempuran dengan rakyat Surabaya adalah tidak mudah. Hingga mundur dari Kota Surabaya. Rakyat Surabaya bergembira karena bangsa Indonesia tetap Merdeka.
Drama kolosal tersebut melibatkan personel dari TNI, Polri, Dewan Kesenian Jawa Timur dibawah naungan Kodam V Brawijaya. Sebelum drama kolosal pertempuran 10 November 1945. Peserta dan undangan upacara penurunan bendera di Grahadi, serta warga Surabaya dan sekitarnya yang menyaksikan di luar pagar Grahadi, menyaksikan penampilan Drama Tari Sumpah Palapa.
Drama tari tersebut menggambarkan sejarah kerajaan Majapahit yang menjadikan Nusantara. Penampilan drama tari dan drama kolosal itu mendapatkan sambutan hangat dari Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin serta undangan dari pejabat TNI, Polri, Pemprov Jatim dan masyarakat umum lainnya.
