beritaangin.com – Suara dentuman meriam dan rentetan senjata menggema di sekitar kawasan Tugu Muda Semarang, Jawa Tengah. Orang-orang membawa bambu runcing terlihat sedang berperang melawan tentara Jepang yang bersenjata api dan tajam.
Mereka ini sedang memerankan peristiwa bersejarah yakni Pertempuran 5 Hari di Semarang. Peristiwa itu terjadi pada 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945 karena Jepang enggan menyerahkan senjatanya pasca Proklamasi Kemerdekaan. Peristiwa paling terkenal dan dijadikan drama teatrikal setiap tahunnya yaitu gugurnya dr. Kariadi.
Dalam teatrikal yang diperankan oleh mahasiswa Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Semarang, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, pelajar SMK 17 Agustus Semarang, dan SMK Negeri 7 Semarang itu mengisahkan ketika terdengar kabar Reservoir atau pemasok air di daerah Siranda diracun.
“Tandon air diracun, woiii,” teriak salah satu pemeran, Sabtu (14/10/2017) malam.
Mendengar kabar itu dr. Kariadi selaku Kepala Laboratorium Purusara mengecek ke Siranda. Namun ketika perjalanan pulang ia ditangkap Jepang hingga gugur. Kemarahan pemuda dan pejuang pun semakin terpicu hingga perlawanan terhadap Jepang dilakukan. Adegan pertempuran pun diperagakan hingga banyak nyawa melayang dari kedua belah pihak namun tetap dimenangkan para pemuda pejuang Semarang.
Sebenarnya pertempuran 5 hari di Semarang tidak hanya berada di satu titik, namun menyebar. Kegiatan peringatan pertempuran tersebut sengaja dilakukan di dekat monumen Tugu Muda yang memang didedikasikan untuk pertempuran tersebut.
Lokasi teatrikal yang digunakan malam ini juga merupakan lokasi bersejarah karena dalam Pertempuran 5 Hari di Semarang banyak mayat bergelimpangan baik dari para pemuda pejuang maupun tentara Jepang. Sungai kecil di samping Lawang Sewu pun jadi tempat meletakkan mayat.
Dalam peringatan malam itu, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menjadi Inspektur Upacara. Hendi panggilan akrabnya itu mengatakan adanya teatrikal tersebut dirinya berharap warga Semarang semakin menghormati para pejuang.
“Kita harus selalu ingat bagaimana beratnya perjuangan para pejuang kita terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan, agar kita dapat lebih menghargai hasil dari kemerdekaan yang kita rasakan saat ini,” kata Hendi.
Acara tersebut sangat menarik perhatian warga sehingga ratusan penonton tumpah ruah.