beritaangin.com – Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menggelar pertemuan dengan putra-putri pahlawan nasional pendiri bangsa di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Minggu (13/8/2017). Dalam pertemuan ini, Khofifah dititipi seruan kebangsaan untuk disampaikan kepada Presiden Joko WIdodo (Jokowi).
Putra-putri pahlawan yang hadir dalam acara tersebut di antaranya putri Wakil Presiden Pertama Indonesia Mohammad Hatta, Meutia Farida Hatta; putra KH Wahid Hasyim, Salahuddin Wahid atau Gus Solah; cucu Pahlawan Agus Salim, Agustanzil Sjahroezah; putra pahlawan nasional Achmad Soebardjo, Rohadi Subardjo; serta putri A.A Maramis, Handini Maramis.
Dalam pertemuan ini, para anak pahlawan nasional itu merumuskan seruan kebangsaan. Setelah mereka tanda-tangani bersama, naskah seruan tersebut mereka serahkan ke Khofifah untuk diteruskan kepada Presiden Jokowi.
“Kami mendapatkan mandat untuk menerukan ke Presiden, kami komunikasikan ke Mensesneg untuk diagendakan pertemuan dengan Presiden. Supaya seruan itu bisa disampaikan baik secara lisan maupun secara tertulis,” kata Khofifah kepada wartawan.
Seruan kebangsaan ini, lanjut Khofifah, menjadi hadiah spesial di HUT ke-72 RI sekarang ini. Pihaknya mengapresiasi langkah para keturunan pendiri bangsa yang tak tinggal diam melihat kondisi bangsa Indonesia yang mulai terancam persatuan dan kesatuannya.
“Indonesia merdeka karena bersatunya 714 suku, 15.676 pulau, kemudian adat, agama. Mereka (bangsa Indonesia pra-kemerdekaan) meletakkan ego, membangun persatuan. Lalu kita menikmati kemerdekaan itu. Kita melihat dinamika sosial, politik ekonomi, hankam akhirnya ada teroris, bahkan secara eksplisit ingin mengganti NKRI,” ujarnya.
Seruan kebangsaan yang ditelurkan para keturunan pahlawan nasional itu bukan tanpa alasan. Meutia Hatta menilai bangsa Indonesia sedang mengalami masalah persatuan, kesejahteraan dan keamanan yang mengancam kedaulatan NKRI. Selain itu, kemiskinan, pengangguran dan ketidakadilan masih menjadi musuh bersama bangsa Indonesia.
“Seruan itu supaya bisa dipahami dan diserap di dalam hati, kami ingin mengajak kita semua untuk lebih baik mengelola negara kita,” terangnya.
Sementara Gus Solah mencium potensi perpecahan di bangsa Indonesia. Dia berpesan agar semua lapisan masyarakat menerapkan prinsip toleransi, yakni tak melaukan sesuatu kepada orang lain terkait hal yang tak ingin orang lain lakukan kepada diri kita.
“Kami ingin menyampaikan langsung ke Presiden soal jati diri bangsa. Ada rencana kita keliling ke beberapa tempat menyampaikan seruan ini,” tandasnya.
Berikut isi seruan kebangsaan dari para keturunan pendiri negara:
-Bhineka Tunggal Ika sebagai kekuatan bangsa yang harus dirawat dan dikembangkan demi kemajuan bangsa
-Kita semua harus bersatu untuk memperkokoh kedaulatan bangsa dan menjadi tuan di negeri sendiri
-Pemerintah harus konsisten dalam menjalankan tugas yang diamanahkan UUD 1945 mengenai tujuan mendirikan negara.pemerintah harus segera memenuhi hak warga negara, seperti hak untuk hidup, pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas dan pendidikan secara merata. Karakter bangsa yang dicanangkan para pendiri bangsa harus diperjuangkan untuk diwujudkan secara nyata
-Tokoh-tokoh parpol harus mengubah orientasi meraih kekuasaan semata menjadi melayani masyarakat, harus mempunyai jiwa negarawan terutama dalam mengelola ekonomi, keamanan nasional, penegakan keadilan dan kepastian hukum
-Birokrasi pemerintah harus melakukan transformasi menjadi pelayan masyarakat yang profesional dan berintegritas
-Media massa secara keseluruhan harus menjalankan fungsinya sebagai sarana pendidikan bangsa dan memberi informasi yang benar. Media harus mengisi jiwa rakyat dengan rasa kemanusiaan yang tinggi.