2 bulan terakhir ini Dicky Rifalah punya kesibukan baru. Dicky Rifalah menyulap limbah elektronik menjadi karya seni berupa miniatur sepeda motor klasik.
Dicky Rifalah menyulap limbah elektronik menjadi karya seni – Dicky mengulik barang bekas menjadi miniatur motor tua di sebuah suang dekat rumahnya, Kampung Tanjung Garut, RT04/RW02, Desa Cisaat, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta, Jabar. Kemampuan merakit miniatur ini muncul secara otodidak.
Pembuatan miniatur motor klasik ini dilakukan di waktu luang usai bekerja sebagai tenaga harian lepas (THL) di Puskesmas Campaka. “Saya bikin miniatur motor ini kalau sudah selesai kerja. Barang-barang bekas elektronik yang ada saya bikin aja,” kata Dicky, Kamis (06/04/2017).
Bahan baku digunakan untuk merakit miniatur motor ini terdiri komponen komputer, DVD, dan barang elektronik lainnya. Semuanya merupakan barang pribadi miliknya yang sudah rusak.
Lulusan SMK 1 Cibatu jurusan Komputer Jaringan ini menuturkan, butuh waktu empat hingga tujuh hari membuat miniatur motor klasik. Miniatur ukuran kecil lebih rumit dibandingkan berukuran besar.
Berita Terkini – “Kalau yang kecil itu lebih rumit dan detail, jadi butuh waktu agak lama. Paling lama satu minggu. Kesulitan sih pas merekatkan bagian-bagiannya,” tutur Dicky.
Ia mengaku, aktivitas meracik miniatur motor ini inspirasinya dari tayangan video di YouTube. Setelah beberapa kali melihat videonya, muncul niatnya membuat karya seni serupa. Motor vespa menjadi karya pertama Dicky.
Selama dua bulan terakhir ini, Dicky baru bisa menyelesaikan enam unit miniatur motor klasik. Meski demikian, wujud replika kendaraan racikannya itu baru mencapai 90 persen. Tinggal tahap akhir pengecatan sebelum dipromosikan.
“Sejauh ini masih bikin-bikin saja dulu, belum dijual. Soalnya masih dikembangkan kemampuannya,” ungkap anak kedua dari dua bersaudara ini.
Keterampilan memanfaatkan limbah jadi miniatur motor ini tak lepas dari dorongan orang tuanya yang melihat barang bekas elektronik di rumahnya. Lalu sang ayah meminta Dicky memanfaatkan limbah itu untuk membuat sesuatu bermanfaat.
“Ada banyak barang bekas di rumah, saya minta Dicky bikin yang bisa bermanfaat. Akhirnya jadi motor-motor,” ucap Karmita (45), ayah Dicky.
Anak bungsunya tersebut sudah memiliki bakat terampil sejak mengenyam pendidikan SMK. “Jadi sebenarnya anak ini sudah punya basic, tinggal didorong saja. Saya harap bisa berkembang terus,” tutur Karmita.
Dia menginginkan keterampilan anaknya ini bisa terus berkembang. Bukan hanya meracik miniatur motor saja, tapi mengulik barang bekas lainnya yang bernilai jual. Selain itu, kelak Dicky bisa dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda sekitar.
“Jadi nanti kalau sudah berkembang, Dicky bisa mengajarkan teman-temannya di kampung. Jadi daripada main enggak jelas, lebih baik di arahkan ke kegiatan positif,” ujar Karmita.