Begini Cerita Penghuni Rusun Penjaringan yang Direvitalisasi

beritaangin.com – Revitalisasi rumah susun (rusun) Penjaringan membuat penghuni tiga bloknya harus menyingkir sementara. Lalu bagaimana nasib mereka saat ini?

 

 

Dari pantauan beritaangin.com di lokasi rusun Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (28/6/2017) di dekat proyek revitalisasi tampak beberapa bedeng dari papan dibangun seadanya. Bedeng-bedeng ini dibangun berhadap-hadapan di salah satu sisi rusun blok D. Akibatnya, memangkas jalan di samping blok tersebut sehingga menyisakan jalan setapak saja.

“Kebanyakan blok E (yang tinggal di bedeng). Ini warung juga blok E. Ya terpaksa karena kita nggak punya duit buat ngontrak kan. Iya, saya masih di dalem situ (blok E) selama belum dibangun kan,” kata Susi yang mengaku sebelumnya tinggal sejak 1997 di blok E.

Menurut pengakuannya, ada sekitar lima bedeng di situ. Warga yang harus menyingkir sementara dari blok E, F, dan G yang direvitalisasi ada pula yang mengontrak atau pulang kampung sementara.

Dulunya, rusun ini dibangun oleh pemerintah untuk menjadi tempat tinggal warga korban kebakaran kolong tol Bandengan sejak 1988 lalu. Rusun dibangun setinggi empat lantai dengan masing-masing tempat tinggal bertipe 18. Ada 128 kamar pada masing-masing blok. Blok E, F, dan G merupakan yang termurah. Warga juga memperoleh subsidi 25 persen.

“Dulu murah sekali. Itu kan SK tahun 1988, harga sewa untuk lantai bawah tipe 18 itu kalau dihitung harian itu Rp 1.700. Kalau untuk lantai 2 Rp 1.200, lantai 3, selisihnya 200, 200, dan seterusnya. Jadi sebulan berarti kan 17×3. Itu berlaku dari tahun 1988 sampai 2016 kemarin. Kalau untuk rumahnya saja sekitar itu. Soalnya hitungannya harian. Waktu itu rumah susun kan diperuntukkan untuk ekonomi lemah,” tutur Nasron, eks warga blok E.

Nasron bercerita hingga kini belum tahu berapa harga sewa untuk rusun yang baru. Dari pertemuan warga dengan Dinas PUPR sebelumnya, diketahui revitalisasi akan membangun dua blok setinggi masing-masing 17 lantai. Tipe ruangan juga diperlebar menjadi tipe 36.

“Belum ada ketentuan (harga baru). Jadi waktu kita pertemuan itu penentuan harga setelah jadi. Karena biaya operasionalnya berapa, biaya dibangunnya, berapa baru ditentukan. Tapi direncanakan subsidi. Dinas Perumahan,” ujar pria berusia 60 ini.

“Akan direncanakan terjangkau kok. Karena subsidi. Jadi belum jelas, waktu itu karena saya iseng, bilang, ‘Saya eks yang kebakaran, Pak. Pada waktu itu saya mendapatkan subsidi 25 persen.’ Tapi dia bercanda atau bagaimana, ‘Ini malah nanti 80 persen,’ dia bilang gitu. Tapi itu bukan di dalam forum, sama orang dinas. Jadi kalau ketentuan 80 persen jangan sekarang dulu. Dan lagi, pimpinan berganti-ganti, takut ada perubahan. Tapi semoga nanti bisa terlaksana komitmennya. Tapi tidak diutarakan dalam forum,” ungkapnya.

Nasron yang kini juga bertahan tinggal di bedeng, hanya pasrah. Menurutnya saat warga diminta pindah pada sekitar Juni 2016, direncanakan pembangunannya tidak akan lama. Ia kemudian menyebut, bangunan baru yang proyeknya baru dimulai sekitar Februari lalu tersebut, sudah siap akhir tahun ini. Jikalau meleset, menurutnya Pemda sudah menjanjikan solusi.

“Kebetulan di pertemuan terakhir, mau dibangun kan 9 bulan nggak dibangun-bangun. Jadi mereka mengeluh, gimana langkah-langkah kalau dalam waktu 14 bulan tidak jadi. Jaminannya apa untuk yang kontrak di luar. Kebetulan dinas ngomong begini, akan dicarikan jalan keluar, karena proyek seperti ini bukan di sini saja. Seperti yang di Tanah Abang, KS Tubun juga ada, yang di Daan Mogot juga ada, Cilincing juga. Kebetulan daerah sana kurang lebih sudah 90 persen. Jadi siapa yang mau berdomisili di sana, seterusnya juga diperbolehkan. Kalau nanti balik sini lagi juga diperbolehkan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

PREDIKSIGERHANA.BIZ|Prediksi Togel AKURAT|ANGKA JITU|MASTER JITU|SYAIR LENGKAP|LIVEGAMES IDNPLAY| Info Judi Online Frontier Theme