beritaangin.com – Adiyatma Serkan Altaya, bayi 6 bulan yang kehilangan sekat hidung selama perawatan di RSUD Karanganyar, Pekalongan, akhirnya mendapat kepastian penanganan. Pihak RSUD siap membantu sepenuhnya penanganan bedah plastik untuk Adiyatma di RS Karyadi Semarang.
Keputusan penanganan medis kelanjutan Adiyatma yang mengalami nekrosis (hilangnya kulit dan jaringan penunjang) di sekitar sekat hidung ini, setelah dilakukan mediasi antara pihak RSUD Karanganyar Pekalongan dengan kuasa hukum keluarga, Senin (16/10/2017).
“Pihak rumah sakit akan membantu penuh. Rencananya akan dibawa ke Semarang Rabu (18/10) mendatang. Pihak rumah sakit siap bertanggungjawab penuh,” ujar Muhamad Yusuf, salah satu perwakilan kuasa hukum keluarga.
Sekat Hidung Bayi di Pekalongan Hilang, Diduga Korban Malpraktik
Direktur RSUD Karanganyar Pekalongan, Dwi Ari Gunawan, juga menegaskan bahwa persoalan tersebut telah selesai.
“Intinya kita siap memfasilitasi dan akan mengawal pihak keluarga untuk mendapatkan penanganan medis kelanjutan di Semarang. Hari Rabu, kita bawa ke Semarang,” kata Dwi Ari Gunawan kepada beritaangin.com.
Bayi Pekalongan yang Kehilangan Sekat Hidung Akan Dibedah PlastikBayi Adiyatma (Foto: Robby Bernardi/detikcom)
Dia kemudian menjelaskan kasus tersebut bermula saat Karimah, ibu si bayi, datang ke RSUD pada 8 April dan diagnosa ketuban pecah dini di usia kehamilan 23 minggu. Setelah melewati persalinan normal, lahir bayi seberat 1.500 gram dengan kondisi anemia, asfiksia berat, serta infeksi sistemik. Bayi tidak menangis.
Asfiksia berat berupa gangguan pernafasan berat karena faktor paru paru belum matang sehingga tidak bisa mengembang. “Tindakan cepat dilakukan untuk penyelamatan bayi dengan pemasangan alat bantu nafas bernama C-Pap (continuous positive airway pressure) seizin orang tua bayi,” papar Dwi.
Sekat Hidung Bayi di Pekalongan Hilang, RSUD: Itu Resiko Medis
Menurutnya, penanganan bayi dengan masalah saluran pernafasan, berat badan lahir rendah, anemia serta infeksi sistemik merupakan penanganan kasus dengan resiko kematian sangat tinggi. Namun untuk kasus Adiyatma, masa kritis terlewati. Bayi dinilai sehat bahkan berat badan menjadi naik.
Pada hari ke 15, C-Pap dilepas karena bayi mulai dapat bernafas spotan tanpa alat bantu nafas. Begitu juga dengan tanda-tanda infeksi menghilang dan berat badan bayi naik signifikan. Pada hari ke 23 pasien dapat dipulangkan dengan pengawasan.
Namun pasca pelesapan C-Pap terjadi nekrosis di sekitar sekat hidung. “Resiko muncul, kalau pasang C-Pap dimanapun dan oleh siapaun, ada kondisi resiko seperti itu. itu kategori yang paling ringan,” tuturnya.
Ditambahkan Dwi Ari, penanganan untuk kasus pasien ini sebenarnya cukup simpel yaitu pemasangan flip hidung sampai umur 3 bulan kemudian dilakukan operasi rekonstruksi bedah plastik seperti pada operasi bibir sumbing yang bisa dilakukan dengan cepat.
“Yang penting kasus ini sudah selesai dan bisa menjadi pelajaran kita semua. Semoga berjalan lancar. Saya akan kawal ini sampai Semarang,” pungkas Dwi Ari Gunawan.